KLATEN, WARTAGLOBAL.id -- Menjelang pengumuman kelulusan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Polsek Delanggu mengambil langkah tegas untuk mencegah potensi gangguan ketertiban masyarakat. Sebanyak sembilan pelajar dibina setelah kedapatan mengendarai sepeda motor dengan spesifikasi yang tidak sesuai aturan, Senin (2/6/2025).
Kegiatan pembinaan berlangsung di Aula Polsek Delanggu, dengan melibatkan para pelajar serta orang tua mereka. Sembilan siswa tersebut ditindak karena menggunakan sepeda motor berknalpot bising, tanpa pelat nomor, dan tidak memenuhi standar keselamatan. Dalam kesempatan itu, polisi memberikan sanksi tilang serta edukasi langsung tentang keselamatan berkendara dan tanggung jawab sosial.
“Penggunaan knalpot tidak sesuai spesifikasi teknis seringkali menjadi awal dari perilaku tidak tertib. Menjelang kelulusan, situasi seperti ini harus diantisipasi agar tidak berkembang menjadi gangguan masyarakat,” ujar Kapolres Klaten AKBP Nur Cahyo melalui Kasihumas Polres Klaten, AKP Nyoto.
Selain pembinaan teknis terkait kendaraan, kegiatan ini juga menyasar potensi perilaku negatif yang kerap muncul saat perayaan kelulusan, seperti aksi coret-coret seragam dan konvoi ugal-ugalan. Polisi menegaskan pentingnya merayakan momen kelulusan dengan cara yang positif dan tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Dari hasil pendalaman, tidak ditemukan indikasi bahwa para pelajar terlibat dalam aktivitas geng motor. Namun, Polsek Delanggu tetap mengedepankan pendekatan preventif melalui edukasi langsung, baik kepada siswa maupun orang tua.
“Kehadiran orang tua sangat penting dalam pembinaan ini. Kami ingin membangun kesadaran bersama bahwa menjaga anak tetap di jalur yang benar adalah tanggung jawab bersama,” lanjut AKP Nyoto.
Polsek Delanggu juga akan terus meningkatkan patroli preventif dan melakukan penggalangan terhadap lingkungan sekolah. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Polres Klaten untuk menciptakan suasana tertib dan aman, sekaligus melindungi generasi muda dari pengaruh negatif di masa transisi kelulusan.
“Kami tidak melarang pelajar merayakan kelulusan, tapi bentuk perayaannya harus tetap dalam koridor yang tertib, aman, dan bermanfaat. Orang tua harus menjadi garda terdepan dalam pengawasan,” tegasnya.
(Joko S)
