Penyaluran MBG Perdana SPPG 1 Guyangan Bangsri menjadi sorotan, Ayam Masih Berdarah, Nasi Hampir Basi, Profesionalisme Dipertanyakan.JEPARA, WARTAGLOBAL.id --
Pelaksanaan perdana program Makan Bergizi Gratis (MBG) oleh Dapur SPPG 1 Guyangan Bangsri yang dikelola Yayasan Alma Al-Mawadah menuai sorotan tajam. Program yang seharusnya menjadi tonggak awal peningkatan gizi anak justru meninggalkan catatan serius terkait kualitas, keamanan pangan, dan profesionalisme penyelenggara.
Penyaluran MBG perdana ini menyasar 1.484 penerima manfaat, meliputi peserta didik di SMPN 2 Bangsri, PAUD Pelangi Terpadu, KB Al Anwar, KB Andika Muslimat, TK NU 2, SDN 1, dan SDN 2, sebagai tahap awal dari rangkaian program lanjutan.
Namun, pantauan wartawan WARTAGLOBAL.id di SMPN 2 Bangsri, Senin (15/12/25) menemukan sejumlah kejanggalan dalam penyajian. Menu disajikan menggunakan baki stainless berukuran kecil, berisi nasi dengan porsi terbatas, sayuran, daging ayam, jeruk kecil jenis santang, serta lumpia.
Masalah serius muncul saat sejumlah siswa mengeluhkan daging ayam yang masih belum matang sempurna. Beberapa potongan ayam tampak masih berwarna merah dengan sisa darah, kondisi yang jelas membahayakan kesehatan anak-anak.
DIKELUHKAN SISWA
Keluhan tersebut disampaikan siswa kepada ibu guru kelas masing-masing, dan diperkuat oleh guru kelas VII dan IX yang secara langsung menunjukkan potongan ayam dengan noda darah yang masih terlihat. Fakta ini menegaskan bahwa keluhan bukan sekadar persepsi anak-anak, melainkan temuan nyata di lapangan.
Kondisi tersebut terkonfirmasi oleh Yosi, petugas pengantar MBG di SMPN 2 Bangsri, yang saat itu masih berada di lokasi. Saat dikonfirmasi wartawan, Yosi hanya memberikan alasan singkat bahwa listrik PLN padam pada malam sebelumnya, tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai prosedur keamanan pangan atau standar kelayakan konsumsi.
Tak berhenti di situ, guru-guru lain juga melaporkan kualitas nasi yang nyaris basi. Menurut keterangan mereka, nasi yang disiram kuah tampak sudah berubah aroma dan tekstur, sementara nasi yang tidak disiram kuah masih dalam kondisi sangat baik.
Temuan ini memunculkan dugaan kuat adanya masalah dalam proses penyimpanan, distribusi, atau manajemen dapur MBG.
PROFESIONAL DAN BERTANGGUNGJAWAB
Menanggapi persoalan tersebut, Kepala SMPN 2 Bangsri, Agus Awalludin, menegaskan harapannya agar SPPG 1 Guyangan lebih bertanggung jawab dan profesional. Ia menekankan bahwa sebelum pendistribusian, pihak penyedia harus memastikan makanan benar-benar siap saji dan layak konsumsi.
“Kalau dirasa belum matang, jangan dipaksakan untuk didistribusikan. Harus diganti dengan makanan lain yang benar-benar menyehatkan, bukan justru merugikan tubuh anak-anak,” tegas Agus, Senin (15/12/25).
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar, bagaimana mungkin program nasional yang menyasar anak-anak dijalankan tanpa standar mutu yang ketat, pengawasan maksimal, serta dasar kerja sama yang jelas?
Program MBG bukan sekadar membagi makanan, tetapi menyangkut keselamatan, kesehatan, dan masa depan generasi muda. Temuan ayam setengah matang dan nasi hampir basi pada penyaluran perdana ini menjadi peringatan keras bahwa pelaksanaan MBG tidak boleh dilakukan secara asal-asalan, apalagi dengan dalih teknis seperti pemadaman listrik.
Publik kini menanti evaluasi menyeluruh dan tindakan tegas dari pihak terkait agar program MBG benar-benar menghadirkan gizi, bukan risiko, serta dijalankan dengan profesionalisme, tanggung jawab, dan standar keamanan pangan yang tidak bisa ditawar.
(Petrus)


.jpg)