
JEPARA, WARTAGLOBAL.id --
Desa Bantrung, Kecamatan Batealit, menjadi saksi sebuah pemandangan yang jarang terlihat, lautan Merah Putih membentang sejauh seribu meter, menghubungkan Punden Sumo Wijoyo hingga Balai Desa Bantrung. Garis kain itu, sepanjang kurang lebih dua kilometer jalur desa, bukan sekadar kain ia adalah simbol persatuan, Minggu, (10/8/2025).
Kegiatan ini menjadi salah satu momen puncak dalam rangkaian Bantrung Culture Festival Season 4 tahun 2025, yang berlangsung 27 Juli hingga 14 Agustus. Festival ini bukan acara biasa. Sejak akhir Juli, masyarakat desa larut dalam berbagai agenda antara lain;
1. Turnamen bola voli (27 Juli–3 Agustus)
2. Senam dan jalan sehat yang berlanjut dengan pencanangan sedekah bumi (3 Agustus)
3. Kirab desa (10 Agustus) yang malamnya diwarnai Festival Sejuta Jagung.
4. Festival Orkes Jadul (11 Agustus), hingga ziarah ke makam leluhur.
5. Kendurian (12 Agustus). Semua berpuncak pada pagelaran wayang kulit dan penyembelihan kerbau (13 Agustus)
6. Ketoprak sebagai penutup (14 Agustus).

Namun, tahun ini ada yang mencuri perhatian. Bendera Merah Putih raksasa dibentangkan oleh warga, dibantu aparat, tokoh, dan relawan.
Ketua DPRD Kabupaten Jepara, Agus Sutisna, dan Komandan Kodim 0719/Jepara hadir langsung membuka acara dan ikut membentang bendera tersebut. Dari ujung ke ujung, ratusan tangan bergandengan, memegang erat kain itu di bawah terik dan semilir angin.
“Ini bukan hanya tentang bendera. Ini tentang kita semua. Tentang semangat gotong royong yang menyatukan,” ujar Agus Sutisna.

Ia memberi apresiasi penuh kepada warga Bantrung yang, dengan kebersamaan, berhasil mewujudkan ide besar ini.
“Semangat seperti inilah yang harus kita pegang erat, seteguh kita memegang Merah Putih ini," pungkasnya.
Di Bantrung, bendera hari itu bukan hanya berkibar. Ia berjalan, diiringi langkah-langkah yang mantap dan wajah-wajah yang bangga. Sebuah pesan sederhana namun kuat: persatuan bukan sekadar kata ia harus dihidupi, bersama-sama.
(Maskur)