PEKALONGAN, WARTAGLOBAL.id -- Suasana meriah mewarnai Desa Sinangohprendeng , Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, saat warga menggelar pertunjukan wayang kulit sebagai bagian dari tradisi ruwat dan sedekah bumi pada Selasa malam, 27 Mei 2025. Acara ini digelar di Lapangan Desa Sinangohprendeng dan disambut antusias oleh ratusan warga dari berbagai penjuru.
Pertunjukan wayang kulit tersebut dipimpin oleh dalang kondang Ki Mangun Yuwono, yang membawakan lakon "Wahyu Kantentreman" menceritakan tentang pencarian atau penerimaan wahyu yang membawa kedamaian, ketentraman, atau kesejahteraan bagi masyarakat .
Acara ini dihadiri oleh Bupati Pekalongan Hj. Fadia Arafiq, S.E, M.M berbagai tokoh masyarakat, termasuk Camat, Kapolsek, Prokopimda, Babinsa, Bhabinkamtibmas tokoh masyarakat lainnya.
Selain itu Penyerahan wayang kulit oleh Kepala Desa Sinangohprendeng Titi Istiyaningsih, S. Pd. kepada dalang ki Mangun Yuwono.
Kepala Desa Sinangohprendeng Titi Istiyaningsih, S. Pd.AUD menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tradisi turun-temurun yang dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur warga atas hasil bumi dan keselamatan desa.
“Sedekah bumi dan ruwatan ini adalah bentuk doa bersama agar desa tetap tentram,subur, dan dijauhkan dari segala mara bahaya,” ujarnya.
“Kegiatan ini adalah sebuah acara tradisional yang dilakukan oleh warga Desa Sinangohprendeng sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Acara ini disebut sebagai “Tasyakuran Legenonan” atau Sedekah Bumi.
“Dengan adanya acara ini, warga Desa Sinangohprendeng berharap dapat meningkatkan kesejahteraan dan keselamatan masyarakat, serta memohon perlindungan dari Allah SWT. Doa bersama juga dilakukan untuk mendoakan almarhum/almarhumah.” imbuhnya
Acara ini merupakan contoh dari kegiatan gotong royong dan kebersamaan masyarakat Desa Sinangohprendeng dalam mengungkapkan rasa syukur dan memohon keberkahan kepada Allah
Selain pertunjukan wayang kulit, rangkaian acara sedekah bumi juga diisi dengan doa bersama, kirab gunungan, serta hiburan rakyat. Warga bahu-membahu menyiapkan acara, menjadikan momen ini sebagai ajang kebersamaan dan pelestarian budaya.
Acara berlangsung hingga dini hari dengan tertib dan penuh kekhidmatan. Pemerintah desa berharap tradisi ini terus dilestarikan oleh generasi muda sebagai warisan budaya yang memperkuat jati diri dan kebersamaan masyarakat desa.
( ARIYANTO)