
SRAGEN, WARTAGLOBAL.id -- Penyidik Polres Sragen tengah mendalami dugaan kasus kekerasan seksual terhadap seorang siswi berinisial D (7) di wilayah Kecamatan Sragen. Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Sragen juga berkoordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Sragen dalam penanganan kasus ini.
Kasus tersebut berawal dari laporan seorang warga, R (62), yang melaporkan anaknya, D (7), mengalami luka pada bagian kemaluan.
“Awalnya, pada Kamis (14/8/2025), orang tua korban membawa anaknya ke bidan terdekat. Esoknya, korban mengalami pendarahan hingga dirujuk ke RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, kemudian menjalani operasi dan rawat inap selama tiga hari,” ungkap Kasatreskrim Polres Sragen AKP Ardi Kurniawan, Jumat (29/8/2025).
Unit PPA Polres Sragen kemudian melakukan serangkaian penyelidikan, mulai dari klarifikasi saksi-saksi, pemeriksaan lingkungan sekitar, hingga meminta visum terhadap korban di RSUD Sragen.
Hasil pemeriksaan medis menunjukkan adanya luka pada bibir kemaluan korban, namun selaput dara masih utuh. “Dari keterangan dokter, luka tersebut bukan akibat kekerasan seksual,” jelas AKP Ardi.
Hal ini sejalan dengan pengakuan korban kepada ibunya, bahwa luka dialami karena terjatuh dari sepeda.
Meski demikian, polisi menegaskan proses penyelidikan tetap berjalan. “Perkara ini tetap dalam penyelidikan. Semua keterangan dan bukti yang ada akan terus kami dalami untuk memastikan kebenaran peristiwa, apakah ada atau tidaknya tindak pidana,” tegas Kasatreskrim.
Sebelumnya, kabar dugaan kekerasan seksual terhadap siswi SD ini sempat beredar luas di masyarakat setelah korban mengalami pendarahan pada area vital. Situasi ini menimbulkan keresahan, terutama karena korban kerap berada di rumah seorang diri ketika orang tuanya bekerja.
Lurah Sine, Kecamatan Sragen, Gilang Akbar Dahana, membenarkan bahwa korban sudah menjalani pemeriksaan medis. “Ada luka yang memerlukan jahitan. Namun, penyebab pastinya apakah akibat jatuh dari sepeda atau indikasi lain, belum bisa dipastikan. Kami menyarankan visum untuk menentukan langkah selanjutnya,” ujarnya, Rabu (27/8/2025).
(Joko S)