Cikal bakal Pembangunan Treteg Kertosono atau lebih populer dengan sebutan Jembatan Lama Kertosono - Warta Global Jatim

Mobile Menu

Top Ads

Klik

Berita Update Terbaru

logoblog

Cikal bakal Pembangunan Treteg Kertosono atau lebih populer dengan sebutan Jembatan Lama Kertosono

Friday, 1 August 2025
NGANJUK WARTA GLOBAL JATIM.Id
Jembatan Lama Kertosono yang dulu di sebut "Treteg Kertosono" adalah saksi bisu sebuah peradaban dan juga perlawanan pejuang pejuang kita mengusir penjajah.
Menoreh dari awal mula, cikal bakal berdirinya "treteg Kertosono",atau lebih populer dengan sebutan "Jembatan Lama Kertosono"
Dikutip Laporan koran Belanda De Locomotief pada tahun 1920 bahwa 
Jembatan Lama Kertosono sudah di rencanakan dan di persiapkan untuk pembangunannya sejak tahun 1920. Persiapan dan Pengumpulan materil  juga staf ahli ,diharapkan jembatan tersebut dapat digunakan pada tahun 1921. Namun, pembangunan jembatan ini mengalami keterlambatan, dan baru sepenuhnya selesai serta dapat dilalui pada tahun 1924, berdasarkan laporan surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië. De Locomotief dalam laporannya yang diterbitkan pada 17 Mei 1920 melaporkan bahwa pemerintah kolonial telah menyetujui pembangunan jembatan tetap, dengan biaya yang diperkirakan mencapai f (Frans Prancis)409000 .
Lokasi jembatan tetap ini berada di selatan jembatan kereta api.  Pembangunan jembatan ini diharapkan dapat memudahkan mobilitas warga yang berasal dari arah Nganjuk maupun Madiun menuju Jombang dan Surabaya, pun sebaliknya.

Dengan di bangunnya treteg Kertosono kolonial ingin mengembalikan kejayaan Era era sebelumnya.
“Ware de Brantas bevaarbaar gebleven, dan zou Kertosono een andere toekomst hebben gehad (Seandainya Brantas tetap bisa dilayari, masa depan Kertosono akan berbeda).” tulis laporan Surat Kabar Algemeen handelsblad voor Nederlandsch Indië dan De Locomotief, yang sama-sama terbit pada 3 Maret 1938.Sungai Brantas memiliki peran penting sebagai jalur transportasi utama pada masa Kerajaan Majapahit, menghubungkan wilayah pedalaman dengan pesisir dan mendukung kegiatan perdagangan serta distribusi berbagai komoditas, termasuk tekstil. Dalam tulisan tersebut di seakan Kolonial ingin membangkitkan kejayaan di era sebelumnya era Majapahit,dimana di era tersebut perniagaan di sekitar sungai Brantas amat pesat.

Sungai Brantas  di era kerajaan menjadi jalur utama transportasi air yang vital bagi Majapahit, memungkinkan pengangkutan barang dagangan, termasuk hasil produksi tekstil, dari daerah pedalaman ke pelabuhan-pelabuhan di pesisir dan sebaliknya. 
Aliran sungai yang tenang dan panjang memudahkan distribusi bahan baku tekstil seperti kapas dan pewarna, serta hasil jadi kain, mendukung perkembangan industri tekstil di Majapahit. 
Pelabuhan-pelabuhan Sungai:
Beberapa desa di sepanjang Sungai Brantas berkembang menjadi pelabuhan sungai, seperti Canggu, Bubat, dan Terung, yang berperan penting dalam perdagangan internasional dan kegiatan ekonomi.
Sungai Brantas bermuara di Laut Jawa, memungkinkan Majapahit yang secara geografis terletak jauh dari laut untuk tetap terhubung dengan jalur perdagangan maritim dan memperluas jangkauan pengaruhnya. 
Perkembangan Wilayah:
Keberadaan sungai dan pelabuhan juga mendukung perkembangan kota-kota dan pusat pemerintahan di sekitar aliran sungai, seperti Trowulan, yang menjadi ibukota Majapahit. 

Bukti arkeologis seperti Prasasti Canggu dan relief di Candi Penataran yang menggambarkan perahu-perahu di sungai memperkuat peran Sungai Brantas sebagai jalur transportasi dan perdagangan di masa Majapahit. 
Dengan demikian, Sungai Brantas bukan hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga menjadi tulang punggung ekonomi dan peradaban Kerajaan Majapahit, menghubungkan wilayah darat dan laut, serta mendukung berbagai kegiatan perdagangan dan distribusi barang. 

Jembatan Lama Kertosono juga saksi bisu sejarah perjuangan pejuang pejuang bangsa,di atas jembatan Lama Kertosono juga pernah ada sebuah peristiwa penting yang tidak pernah terlupakan oleh sejarah.Era Agresi Belanda ke-2 , yang dikenal sebagai "Perang Treteg Tosono", merupakan pertempuran sengit antara pejuang Indonesia melawan pasukan Belanda di Jembatan Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur. Pertempuran ini terjadi di sebuah jembatan yang kemudian menjadi saksi sejarah perjuangan merebut kemerdekaan dan diyakini sangat berharga bagi masyarakat sekitar. 

Pertempuran di Jembatan:
Pejuang Indonesia berhasil melumpuhkan kendaraan lapis baja Belanda dengan ranjau darat di sepanjang jalan antara Kertosono-Baron, dan pertempuran hebat terjadi di jembatan. Pertempuran ini digambarkan setara dengan pertempuran di Surabaya. 
Perjuangan dan keberhasilan mempertahankan wilayah Nganjuk dan sekitarnya dikatakan tidak terlepas dari ketekunan Mbah Kerto dan pasukannya. 
"Treteg" berarti jembatan dalam bahasa Jawa, dan "Tosono" adalah kependekan dari Kertosono. Nama Kertosono sendiri berasal dari nama seorang pahlawan, Mbah Kerto, yang makamnya berada di Desa Kuncen, Kecamatan Patianrowo. 
Pentingnya Jembatan Lama Kertosono:
Jembatan ini menjadi ikon Kertosono dan menyimpan banyak sejarah perjuangan kemerdekaan, serta menjadi jalur penghubung penting bagi masyarakat. Meskipun telah ditutup sejak 2018 karena kondisi yang memprihatinkan, Jembatan Lama Kertosono tetap memiliki nilai sejarah yang tinggi.(RM Sutomo)

Klik