Warta Global Jatim.id
Hari Kebebasan Pers Sedunia diperingati setiap 3 Mei menjadi momen terpenting untuk mengingatkan dunia akan pentingnya kebebasan berekspresi dan peran vital jurnalisme di Indonesia dalam menjaga 4 pilar demokrasi.
Tahun 2025, peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia mengambil tema tentang pengaruh besar Kecerdasan Buatan (AI) (Artificial Intelligence, terhadap jrnalisme dan media dengan tema "Reporting in the Brave New World ,The Impact of Artificial Intelligence on Press Freedom and the Media" atau "Pelaporan di Dunia Baru yang Berani , Dampak Kecerdasan Buatan terhadap Kebebasan Pers dan Media"
Setiap tanggal 3 Mei, dunia memperingati World Press Freedom Day atau Hari Kebebasan Pers Sedunia. Tahun ini, peringatan tersebut menandai 30 tahun perjalanan sejak dicanangkannya oleh Majelis Umum PBB pada Desember 1993, mengikuti rekomendasi UNESCO.
Namun, peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia kali ini bukan sekadar seremoni ia menjadi alarm keras atas masa depan kebebasan pers, khususnya dalam lanskap digital yang kini dikuasai oleh kecerdasan buatan// AI.
Hari Kebebasan Pers Sedunia ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada Desember 1993, berdasarkan rekomendasi UNESCO yang merujuk pada Deklarasi Windhoek, adalah sebuah dokumen penting yang menegaskan hak atas media yang bebas, independen, dan pluralistik.
Tiga dekade berselang, misi tersebut kehilangan relevansinya, terlebih ketika tekanan terhadap pers kini datang dari tempat yang tidak terduga: algoritma dan otomatisasi.
Mengutip laman United Nation dan Unesco, tema global Hari Kebebasan Pers Sedunia tahun ini ialah "Reporting in the Brave New World: The Impact of Artificial Intelligence on Press Freedom and the Media." Tema ini menggarisbawahi bagaimana teknologi AI mengubah praktik jurnalisme secara radikal ,mulai dari pengumpulan data, penyuntingan konten, hingga distribusi informasi.
AI dinilai mampu memperluas akses informasi dan memperkuat komunikasi lintas batas. Namun, dalam waktu yang sama, AI juga menghadirkan tantangan serius: penyebaran disinformasi, meningkatnya ujaran kebencian, algoritma bias, hingga penyensoran terselubung.
Platform teknologi kini menjadi "penjaga gerbang" arus informasi, memutuskan apa yang layak terlihat publik. Lebih buruk lagi, banyak alat AI generatif menggunakan ulang konten media tanpa kompensasi yang adil, menggerus pendapatan media independen ,yang sudah terhimpit secara kondisional dan finansial.Fokus tema ini adalah bagaimana teknologi kecerdasan buatan memengaruhi jurnalisme.
Baik dari sisi tantangan seperti disinformasi dan otomatisasi konten, maupun peluang seperti efisiensi liputan dan analisis data.
Melalui tema Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025, UNESCO mengajak dunia untuk bersama-sama memastikan kemajuan teknologi tidak mengorbankan prinsip dasar kebebasan pers.Tomo
KALI DIBACA